BAB 1
KONSEP DASAR PEDAGOGIK
A.
Pengertian
Pedagogik
Pedagogik
merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya
pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan
mendidik anak.
1. Pendidikan dalam arti khusus.
Pedagogik merupakan kajian pendidikan,
secara etimologis berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak
laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara
harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan
pedagogik ialah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup
tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld dari Belanda, pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia
kelak mampu menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidikan Anak.
Dalam arti khusus, Langveld mengemukakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang
belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati mengemukakan
beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
a.
Menurut Prof.
Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri
b.
Menurut Prof. S.
Brojonegoro, mendidik berarti member tuntutan kepada manusia yang belum dewasa
dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti
rohani dan jasmani
c.
Menurut Ki Hajar
Dewantara,mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya
dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala
cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini
menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam
arti tanggung jawab keluarga.
2. Pendidikan dalam arti luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan
usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung
sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir.
Dalam UU RI No. 23 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang
mengkajinya disebut andragogi, yang
berasal dari bahasa Yunani “andr”
yang berarti orang dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin atau
membimbing. Knowles (1980)
mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga belajar
(orang dewasa) untuk belajar.
Andragogi adalah suatu model
pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga
sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses
pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran
melibatkan waraga belajar. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga
belajar untuk:
a.
mengidentifikasi
kebutuhan
b.
merumuskan
tujuan belajar
c.
ikut serta
memikul tanggung jawab dalam perencenaan dan penyusunan pengalaman belajar
d.
ikut serta dalam
mengevaluasi kegiatan belajar
3. Mendidik, mengajar dan melatih
Pendidikan pada hakekatnya mengandung
tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Menurut Darji Darmodiharjo
mendidik adalah menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi
pekerti, hati nurani semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan, dan
lain-lain.
Mengurus anak lebih banyak berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan fisik, sedangkan mendidik anak menyangkut seluruh
kepribadian anak.
Mengajar berarti memberi pelajaran
tentang berbagai ilmu yang bermanfaat
bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Disebut juga pendidikan
intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang
kehidupan. Jelas bahwa pengajaran atau
pendidikan intelektual merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan atau
pengajaran mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan.
Latihan ialah usaha untuk memperoleh
keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang sehingga terjadi
mekanisasi atau pembiasaan. Latihan dapat kita terapkan kepada hewan, misalnya
melatih anjing herder, melatih singa ataupun melatih lumba-lumba.
Proses belajar yang menyangkut intelek
atau pikiran hanya dapat diterapkan kepada manusia. Ini berarti bahwa proses
latihan berada dalam taraf kegiatan yang paling rendah, dari proses belajar.
Pendidikan anak meliputi seluruh kepribadiannya, yaitu segi kehidupan
inteleknya, sikapnya, dan keterampilannya. Latihan hanya menyangkut segi
jasmani dan rohaninya saja, atau dengan istilah teknis, menyangkut segi
psikomotoris dan kepribadian.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga
berbeda. Tujuan mendidik adalah ingin mencapai kegiatan yang terpadu, yang
terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa.
Para ahli ilmu sepakat bahwa tujuan mendidik adalah untuk mencapai kedewasaan.
Tujuan pengajaran yang menggarap
kehidupan intelek anak adalah supaya anak kelak sebagai orang dewasa yang
memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara
ideal, yaitu mampu berpikir secara logis, obyektif, kritis, sistimatis,
analitis, sintetis, integratif, dan inovatif.
Tujuan latihan ialah untuk
memperoleh keterampilan tentang sesuatu.
Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang
mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.
B.
Pentingnya
Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakekatnya manusia lahir
dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat
memlihara dirinya sendiri. Pada hakekatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia
dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral. Orang tua
tidak punya hak untuk bertindak sewenang-wenang terhadap anaknya.
1. Manusia memerlukan bantuan
Jika kita bandingkan anak manusia dengan
anak hewan misalnya anak ayam, kita perhatikan hal-hal sebagai berikut. Anak
manusia yang baru lahir sebagai bayi, sangat memerlukan bantuan dari ibunya.
Jika ia lapar, ia menangis, datanglah sang ibu untuk menolongnya dengan
memberinya air susu ibu dengan cara menetek. Bayi dapat pula menangis bila
popoknya basah. Jiak diganti dengan yang kering, anak akan diam lagi. Tetapi
anak bayi yang telah mulai dapat berjalan, masih pula memerlukan pengurusan
dari ibu, diamndikan, diberinya makanan yang bergizi, diberinya pakaian yang
bersih, diberinya mainan, supaya dapat melatih dirinya berbagai sifat benda. Akhirnya
baru bila ia telah dapat bekerja dan berdiri sendiri, iaberhenti disuruh oleh
orang tuanya, kadang-kadang baru umur 25 tahun berhenti sekolah. Jelas bahwa
anak manusia memerlukan bantuan yang lama untuk dapat berdiri sendiri.
2. Pendidikan dalam praktek
Pendidikan dalam pelaksanaannya
berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan
yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai,
norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai,
norma-norma tersebut. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik dan bimbingan
itu akan mempengaruhi anak didik kea rah yang sesuai dengan tujuan yang
ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan.
Dalam pergaulan pendidikan kita temukan
pada anak (sering secara tidak sadar) yang ingin menyamakan dirinya dengan
ayahnya, ingin pandai seperti ayah, ingin berkuasa seperti ayah. Ingin
berpakaian dan berjalan seperti ayah, dsb. Dalam psikologi gejala tersebut
disebut gejala identifikasi (dari kata “identicus” yang berarti sama). Proses
identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya,
dan seringkali berlangsung secara tidak sadar.
Mengapa anak bersedia membukakan diri
terhadap orang tuanya, sehingga bersedia meniru dan berperasaan sama dengan
orang tuanya? Anak, memang membutuhkan orang tuanya, karena anak yang baru
lahir kondisinya dalam keadaan membutuhkan pertolongan dari kedua orang tuanya,
dan tanpa pertolongan dan bantuan hidup dari orang tua anak bayi tidak mungkin
mempertahankan hidupnya.
Mengapa orang tua, terutama sang ibu
bersedia menolong anaknya? Ia berbuat demikian karena terdorong oleh rasa kasih
sayang terhadap anaknya. Jan Ligthart seorang pendidik Belanda pernah
mengemukakan bahwa “seluruh pendidikan adalah masalah kasih sayang, kesabaran,
dan kebijaksanaan dan dua yang akhir ini akan tumbuh bila hal yang pertama hadir
dengan jelas.
Jelas bahwa menurut Ligthart pendidikan
itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain,
yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk
menghadapi anak, Karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan
menggairahkan kejiwaan anak. Sebaiknya pendidik dalam segala hal mempunyai
sikap yang positif, hangat, peramah, akrab, terbuka dan menghargai terhadap
anak didik sehingga sangat mungkin anak akan lebih mudah dibimbing, bergairah
dan ikut aktif dalam proses perkembangan.
C.
Ilmu Pendidikan
sebagai Teori
1. Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu kegiatan
manusia dapat kita amati sebagai suatu praktek dalam kehidupannya, seperti
halnya dengan kegiatan manusia yang lain, seperti kegiatan ekonomi, kegiatan
hukum, beragama, dan sebagainya. Disamping itu pula kita dapat mengkaji
pendidikan secara akademik, baik secara empiric (pengalaman), yang bersumber
dari pengalaman-pengalaman pendidikannya maupun dengan renungan-renungan yang
mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup yang lebih luas. Yang
pertama disebut praktek pendidikan sedangkan yang kedua disebut teori
pendidikan.
Dalam prakteknya memang ada orang yang
tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil
membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi seorang ahli teori
pendidikan (ahli pedagogik filsafat pendidikan, dsb), belum dapat dijamin bahwa
ia akan menjadi anak yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik
anaknya sendiri. Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda), pernah mengemukakan bahwa
“teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang amat istimewa (genius),
sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat”. Namun, menurut
Gunning bagi kebanyakan pendidik perlu paduan mesra dari keduanya (teori dan
praktek).
Teori pendidikan perlu dipelajari perlu
dipelajari secara akademik khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik di sekolah maupun di
luar sekolah sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai
terjurumus seperti yang dikatakan Gunning tadi.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu kita
pelajari karena praktek mendidik tanpa didasari oleh teori tentang pendidikan
akan membawa kita pada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian?
Karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan
tentang kegiatan mendidik.
2. Pendidikan dalam ruang lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup makro
artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil dan pendidikan
dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam
skala besar.
Manusia sebagai individu ia hidup
bersama-sama di masyarakat, hidup bersama-sama dengan orang banyak di luar
dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan
sebaik-baiknya bahkan mungkin tak akan hidup tanpa dibantu oleh dan hidup
bersama dengan orang lain.
Suatu masyarakat tak mungkin ada tanpa
adanya anggota-anggota masyarakat atau individu-individu yang hidup di
dalamnya. Sering juga suatu masyarakat dapat maju karena jasa orang-orang
tersebut pernah memimpin masyarakat itu atau yang oernah memberikan
sumbangannya dimana individu itu hidup dan bekerja. Individu dan masyarakat tak
dapat dipisahkan satu sama lain, dan saling membutuhkan. Kedua aspek manusia
yang saling berlawanan sifatnya, individu merupakan yang unik artinya tidak ada
manusia yang sama, dia berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Inilah suatu sifat manusia yang disebut individualitas.
a.
Pendidikan
Individual
Mari
kita tinjau lebih lanjut pendidikan dalam ruang lingkup mikro. Hal ini terutama
terjadi dalam lingkungan keluarga, sejak anak berada dalam kandungan sampai ia
belajar di sekolah. Seperti bayi yang baru lahir, oleh sang ibu sangat
diperhatikan pertumbuhannya. Segala keperluan untuk tumbuhnya dipenuhi seperti
air susu ibu yang cukup, pada waktu-waktu tertentu dimandikan, diberinya
pakaian bersih. Waktu tidur dijaga jangan sampai terganggu karena dingin,
karena suara keras atau karena digigit nyamuk. Tentu yang diperhatikan ibu
bukan pertumbuhan badan jasmani saja, melainkan juga ibu berusaha agar segi
kejiwaan anak dapat berkembangdengan sempurna.
Jika
anak sudah dapat berjalan, ia sering dituntun, supaya latihan berjalannya
mengalami kemajuan yang lebih pesat. Tidak dilupakan pula latihan bergaul dengan
saudaranya atau tetangganya karena sejak dapat berjalan, ingin menjelajahi
lingkungannya. Kemampuan mengamati dengan alat data (meraba, mendengar,
melihat, mencium bau, mencicipi) sudah mulai dilatih.
b.
Pendidikan
kelompok
Pendidikan
yang dilaksanakan dalam kelompok, misalnya pendidikan di sekolah, pendidikan
pramuka, dan sebagaimana dalam bentuk makro, seperti telah dikemukakan di atas,
kita jumpai dalam lingkungan sekolah dan kepramukaan.
Pendidikan
sekolah sebagai suatu sistem merupakan suatu investasi jangka panjang untuk
mengembangkan sumber-sumber daya manusia serta juga menyiapkan barisan bekerja
yang dibutuhkan untuk menempati berbagai jabatan dan fungsi dalam masyarakat
yang akan datang. Hal itu sangat erat hubungannya dengan peningkatan produktivitas
tenaga kerja bangsa Indonesia, sehingga Indonesia akan dapat menaikan
pendapatan pertahun per kapita (kepala).
BAB 2
PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
A.
Pedagogik
sebagai ilmu pengetahuan
Suatu
disiplin dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan apabila disiplin tersebut
memliki status keilmuan yang jelas. Mengapa demikian? Karena status keilmuan
yang jelas akan memperkokoh keberadaan keberadaan atau eksistensinya manakala
disiplin tersebut mendapat pengujian secara ilmiah. Demikian pula pedagogik
sebagai suatu disiplin yang mempelajari gejala-gejala pendidikan baik yang berupa teoritis maupun bersifat praktis
perlu mempunyai status keilmuan yang jelas.
Suatu
disiplin ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila disiplin ilmu tersebut
memiliki kejelasan, minimal jelas dalam empat hal. Pertama memiliki kejelasan
dama obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau jelas mengenai obyek
studinya. Kedua jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Ketiga jelas mengenai isi atau abstansi
dari ilmu tersebut. Dan yang keempat adalah jelas mengenai fungsinya dalam
mengatasi atau memecahkan salah satu aspek masalah yang dihadapi dalam
kehidupan manusia.
1. Konsep pengetahuan dan ilmu pengetahuan
a.
Konsep
pengetahuan
Dalam
pandangan umum, ilmu pengetahuan sering diartikan sebagai salah satu ygn kita
kenal atau kita ketahui mengenai suatu hal atau obyek. Hal tersebut dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun dari informasi dan cerita lain.
Pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di
alam nyata menurut akal dengan pengamatan. Pengertian-pengertian tersebut juga
bisa lengkap atau tidak bergantung pada
pengalaman. Pengetahuan tak lain adalah perangkat informasi yang tersusun dan
terarah mengenai fenoma dalam pengalaman.
Titus
(1959) mengungkapkan ada empat jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat
diperoleh dan dimiliki manusia, yaitu:
Ø Pengetahuan biasa atau awam yang disebut common sense
knowledge atau akal sehat
Ø Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau sains
Ø Pengetahuan atau filsafat (philosophical knowledge)
atau filsafat
Ø Pengetahuan religi (pengetahuan agama), pengetahuan
yang bersumber dari agama yang mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku
sebagai pengungkapan supernatural melalui wahyu yang diterima utusanNya yang
terpilih.
b.
Pengertian ilmu
pengetahuan
Dalam
kehidupan sehari-hari, secara awam ilnu pengetahuan atau disingkat dengan ilmu,
sering dijelaskan dengan makna atau pengertian yang sama dengan segala sesuatu
yang kita ketahui. Pengertian ini muncul karena kata ilmu menurut orang
awam yang secara etimologis merupakan
terjemahan dari ilmu sebagai alih bahasa dari kata science (bahasa Inggris)
yang berasal dari kata scio, scrie (bahasa Latin) yang artinya tahu. Demikian
pula istilah ilmu menurut kejadian katanya berasal dari kata ‘alima (bahasa
Arab) yang juga berarti tahu. Jadi secara etimologis baik ilmu maupun science
berarti pengetahuan. Namun secara terminologis dalam pandangan dan konteks
akademis, istilah ilmu atau science itu adalah sekumpulan pengetahuan yang
mempunyai karakteristik (cirri-ciri) dan syarat-syarat tertentu, sehingga
disebut ilmu pengetahuan.
c.
Klasifikasi ilmu
pengetahuan
Berdasarkan
isi pengetahuannya ilmu diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu:
1.
ilmu-ilmu
kealaman (natural science) seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan Astronomi
2.
ilmu-ilmu social
(social science) misalnya sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, dsb
3.
ilmu-ilmu
kemanusiaan (humanities) contohnya: filsafat, bahasa dan seni.
Berdasarkan
nilai pengetahuannya (ragam, atribut) ditemukan klasifikasi ilmu (Majid Noor,
1999:6) sebagai berikut:
1.
Karl Pearson
mengelompokkan ilmu menjadi dua
a.
abstract
sciences terdiri atas matematika dan filsafat
b.
concrete
sciences terdiri atas fisika, biologi, kimia dan sebagainya
2.
William C.
Kneale mengelompokkan ilmu menjadi
a.
apriori sciences
terdiri atas matematika dan filsafat
b.
aposteriori
sciences terdiri atas fisika, sosiologi dan sebagainya
3.
Wilson Gee
mengelompokkan ilmu menjadi
a.
descriptive
sciences terdiri atas psiokologi, sosiologi, dsb
b.
normative
sciences terdiri atas ilmu pendidikan, filsafat
B.
Karakteristik dan
Kriteria Ilmu Pengetahuan
1. Karakteristik ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan hendaknya memiliki ciri
ilmiah. Randall dan Buchker (1942) dalam Sadulloh (2004:46) mengemukakan
beberapa ciri umum ilmu pengetahuan (ilmu) yaitu:
a.
Hasil sains
bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama
b.
Hasil sains
kebenarannya tidak mutlak , dan bisa saja terjadi kekliruan karena yang
menyelidikinya adalah manusia
c.
Sains bersifat
obyektif
2. Kriteria Ilmu Pengetahuan
Menurut paradigm baru (Pasca Tomas Kuhn)
kriteria khas suatu ilmu baik ilmu (IPA) maupun ilmu-ilmu social adalah sebagai
berikut:
a.
Ada objek formal
b.
Ada metode kerja
yang diakui
c.
Ada sosok
jaringan substantive
d.
Terdapat teknik
mapan dan perlengkapan yang diakui
3. Landasan Ilmu
Landasan ilmu berkenaan dengan titik
tolak gagasan-gagasan yang dijadikan sandaran atau tempat berpijak para ilmuwan
dalam kegiatan ilmiahnya dan berguna bagi perkembangan pemikiran selanjutnya
dalam memahami fenomena, baik fenomena alam ataupun sosial. Landasan ilmu-ilmu
kealaman (natural science) pada mulanya bersumber dari filsafat materialisme.
4. Obyek Ilmu
Obyek ilmu adalah suatu kenyataan
(realitas) bidang yang menjadi bahan pengkajian dan penyelidikkannya. Obyek
ilmu terbagi menjadi 2 jenis, obyek material dan obyel formal. Obyek material
suatu ilmu adalah materi yang menunjukkan bahan ilmu tersebut (terbuat dari
bahan apa ilmu tersebut). Pada dasarnya terdapat dua kelompok yang menjadi
bahan atau materi ilmu, yaitu alam dan manusia.
Obyek formal adalah bentuk yang
menjadikan ilmu tersebut berdiri sendiri (otonom) yang khas dan membedakan ilmu
tersebut dengan ilmu yang lain. Misalnya yang menjadi obyek foramal sosiologi
adalah masyarakat, ekonomi mempelajari kesejahteraan manusia, psokologi
mempelajari tingkah laku manusia. Fisika dan kimia keduanya tergolong pada ilmu
kealaman, tetapi masing-masing masing-masing memiliki obyek formal yang
berbeda.
5. Metode Ilmu
Metode ilmu merupakan prosedur kerja
sistematis yang terencana dan cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan rangka
pemikiran tertentu.
Tujuan dari metode ilmu atau metode
ilmiah adalah untuk memperoleh suatu produk ilmu yang valid (sah, benar, tepat)
artinya pikiran manusia sesuai dengan fakta empiris dan reliable (produknya
dapat dipercaya, jika diulang-ulang akan memperoleh hasil yang sama).
Pendekatan empiris adalah pendekatan
yang melakukan pengujian apakah suatu gagasan dan pemikiran berlaku atau
bersesuaian dengan kenyataan yang dialami (pengalaman). Pengetahuan yang sesuai
dengan fakta, dalam pendekatak empiris dipisahkan dengan pengetahuan yang tidak
sesuai dengan fakta.
Yuyun S. Suriasumantri(1985) menjelaskan
langkah-langkah ilmiah yang pada umumnya dilakukan sebagai berikut:
a.
perumusan
masalah
b.
penyusunan
kerangka
c.
perumusan
hipotesis
d.
pengujian
hipotesis
e.
penarikan
kesimpulan
6. Fungsi Ilmu
a.
Fungsi
menjelaskan
Ilmu
berfungsi menjelaskan fenomena kehidupan terutama menjelaskan mengapa suatu
fenomena terjadi, apa yang menjadi penyebab sebenarnya, dalam pengertian tidak
hanya sekedar penyebab yang tampak pada gejalanya saja tetapi penyebab yang
sesungguhnya, baik berkenaan dengan fenomena alam maupun fenomena sosial. Ada
empat pola penjelasan ilmiah yang digunakan dalam menjalankan fungsinya:
a.
Penjelasan
deduktif
b.
Penjelasan
probabilistic
c.
Penjelasan
teleologis
d.
Penjelasan
genetic
b.
Fungsi
memprediksi
Selain
berfungsi menjelaskan, ilmu juga berfungsi memprediksi (meramalkan), yaitu
kemampuan ilmu untuk dapat menunjukkan sesuatu yang akan terjadi apabila
sejumlah fenomena, indikasi atau data tertentu tampak (diadakan), dan atau
sejumlah fenomena, indikasi, data tertentu tidak tampak (ditiadakan). Fungsi
prediksi ilmu pengetahuan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan
agar suatu maksud atau tujuan dapat tercapai.
c.
Fungsi
mengontrol
Fungsi
mengontrol dari ilmu adalah fungsi memeriksa atau menguji apak suatu kegiatan
dalam prakteknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditemukan dan
direkomendasikan ilmu pengetahuan tertentu. Fungsi ini penting dalam rangka
memeriksa kegiatan praktek, sehingga tidak menyimpang dari kaidah-kaidah ilmiah
yang akhirnya dapat menghindari bahaya yang mungkin terjadi.
C.
Pedagogik
sebagai Ilmu Pengetahuan
1. Konsep Pendidikan, Pedagogik dan ilmu Pendidikan
Penggunaan istilah pedagogik oleh
Langeveld dibedakan dengan pedagogi. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan
yang lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan.
Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih menitikberatkan kepada
praktek, menyangkut kegiatan mendidik dan membimbing anak. Dengan demikian
pedagogik lebih tertuju pada ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi lebih
menekankan pada aspek praktis yang menyangkut kegiatan mendidik dan kegiatan
membimbing anak.
2. Karakteristik Ilmu Pendidikan
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan
bahwa suatu disiplin atau suatu hasil bidang kajian, dapat dpandang sebagai
ilmu, apabila disiplin tersebut memiliki karakteristik pokok yang menjadi
criteria sehingga dapat dikategorikan sebagai imu pengetahuan. Salah satu ciri
ilmu pendidikan adalah memiliki landasan keilmuan yang tepat, ilmu yang
bersifat normatif, dan ilmu bersifat teoritis praktis.
a.
Landasan Ilmu
Pendidikan
Ilmu
pendidikan selalu berkaitan dengan eksistensi manusia yang mempunyai tujuan
hidup. Tujuan pendidikan senantiasa terkait dengan tujuan hidup manusia. Oleh
karena itu, ilmu pendidikan hanya akan dapat berdiri kokoh dan berkembang
dengan pesat apabila berlandaskan agama, pandangan hidup, filsafat hidup serta
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.
Obyek Ilmu
Pendidikan
Obyek
ilmu pendidikan sama seperti halnya dengan ilmu pengetahuan, yaitu terdiri atas
obyek material dan obyek formal obyek material ilmu pendidikan adalah manusiam
karena itu pendidikan bertolak dari pandangan bahwa manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan pada hakekatnya atau secara principal berbeda dengan benda mati.
c.
Metode Ilmu
Pendidikan
Ilmu
pendidikan sebagaimana ilmu-ilmu lain menggunakan metode penelitian ilmiah,
yakni prosedur yang menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk
mendapatkan kebenaran pengetahuan yang sah (valid) dan dapat dipercaya
(reliable).
d.
Isi ilmu
Pendidikan
1.
Postulat
Pandangan mendasar
yang kebenarannya diterima tanpa pembuktian secara empiris.
2.
Asumsi
Pendapat/pandangan
yang didasarkan pada kerangkan berpikir tertentu yang kebenerannya dapat
diterima namun masih perlu diperiksa secara empiris.
3.
Konsep
Serangkaian
pengertian atau pendapat yang konsisten yang dihasilkan dari pemikiran atau
pengalaman
4.
Teori
Kumpulam
konsep-konsep yang tersusun secara sistematis dalam bentuk struktur teoritis
yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa suatu gejala terjadi
5.
Generalisasi
Kesimpulan umum
yang ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman khusus, biasanya sebagai
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian.
6.
Hukum
Pernyataan atau
pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan if-then
7.
Prinsip
Hukum dalam
bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu
8.
Model
Suatu bentuk
teori atau serangkaian teori
e.
Fungsi Ilmu
Pendidikan
Fungsi ilmu
pendidikan sama seperti ilmu-ilmu lain, yaitu menjelaskan, memprediksi dan
mengontrol gejala atau fenomena pendidikan.
f.
Cabang-cabang Ilmu
pendidikan
1.
Ilmu mendidik
teoritis
·
Ilmu mendidik
sistematis
·
Sejarah
pendidikan
·
Ilmu
perbandingan
2.
Ilmu mendidik
Praktis
·
Didaktik/metodik
·
Pendidikan
keluarga
·
Pendidikan
gereja (lembaga keagamaan)
Redja
Mudyahardjo (1998: 49) membedakan cabang-cabang pendidikan dengan klasifikasi
sebagai berikut:
1.
Ilmu Pendidikan
Makro
a.
Ilmu Pendidikan
Administrasi
b.
Ilmu Pendidikan
Komparatif
c.
Ilmu Pendidikan
Historis
d.
Ilmu Pendidikan
kependudukan
2. Ilmu Pendidikan Mikro
a. Ilmu Mendidik Umum
v Pedagogik Teoritis
v Ilmu Pendidikan Psikologi
v Ilmu Pendidikan Sosiologis
v Ilmu Pendidikan Ekonomik
b. Ilmu Mendidik Khusus
v Ilmu Persekolahan
Ø Ilmu Administratif Sekolah
Ø Ilmu Administrasi Kelas
Ø Ilmu Kegiatan Pendidikan Sekolah
·
Ilmu Bimbingan
·
Ilmu Pengajaran
·
Ilmu Kepelatihan
v Ilmu Pendidikan Luar Sekolah
Ø Pedagogik Keluarga
Ø Pedagogik Taman Kanak-kanak
Ø Ilmu Pendidikan Masyarakat
v Orthopedagogik
Ø Orthopedagogik Fisik
Ø Orthopedagogik Mental
BAB 3
MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM
A.
Pendidikan Hanya
Untuk Manusia
Pendidikan
mengandung suatu pengertian yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek
kepribadian manusia. Pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan,
pengetahuan, dan keterampilan. Dengan pendidikan manusia ingin atau akan
berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memperbaiki nilai-nilai
kehidupannya, hati nuraninya, perasaannya, pengetahuannya, dan keterampilannya.
1. Manusia dan hewan
Dari pengalaman yang pernah dialami
manusia, dapat dicatat beberapa peristiwa perilaku hewan yang buas terhadap
manusia. Seekor harimau yang biasa berdemonstrasi dalam pertunjukkan sirkus
begitu akrab dengan majikannya atau pawangnya, pada suatu saat harimau tersebut
menerkan majikannya yang setiap saat bercanda, membelainya dengan rasa kasih
sayang, membanting-bantingkannya ke lantai sehingga tak berkutik.
Jelaslah bahwa harimau tersebut hanya
didasarkan atas insting atau nalurinya. Harimau tersebut tidak bisa membedakan
mana yang baik dan tidak karena mereka tak mempunyai hati nurani.
Beberapa ekor binatang mungkin dapat
kita latih untuk mengenal tanda-tanda tertentu. Hasil berpikir secara
intelektual melibatkan symbol-simbol. Oleh karena itu, bagi beberapa jenis
hewan dapat kita latih untuk mengenal signal-signal melalui latihan secara
terus menerus. Mungkin hewan dapat mengerti sejumlah kata-kata, namun semua itu
hanyalah merupakan signal belaka, tidak sampai pada bahasa simbol.
v Mengapa anak manusia harus dididik?
Ada
beberapa asumsi yang memungkinkan manusia harus dididikdan memperoleh
pendidikan, yaitu:
Ø Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.
Manusia begitu lahir ke dunia perlu mendapat uluran orang lain (ibu dan ayah)
untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya.
Ø Manusia lahir tidak langsung dewasa. Untuk sampai
pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan
waktu yang lama.
Ø Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Ia
tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lain.
v Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik
Langeveld
merumuskan manusia sebagai “animal educandum”, manusia yang perlu dididik agar
ia dapat melaksanakan kehidupannya secara mendiri. Secara implisit (tersirat)
rumusan mencakup pula pandangan bahwa manusia adalah “hewan yang dididik” sebab
sebagaimana dikatakan bahwa manusia dapat dididik.
B.
Anak manusia
dalam kondisi perlu bantuan
1. Manusia lahir tidak berdaya
a.
Manusia memiliki
kelebihan
Manusia
adalah hewan berakal budi, manusia adalah hewan yang pandai bicara, manusia
adalah hewan yang belum selesai, dsb. Pada umumnya dalam membandingkan itu
ditunjukkan kelebihan martabat dan kehidupan manusia di atas hewan.
Kesadaran
akan kemungkinan dan kemampuan menggunakan alat merupakan permulaan kebudayaan manusia
yang membedakan kehidupan manusia secara prinsipil berlainan dengan kehidupan
hewan.
b.
Manusia belum
dapat menolong dirinya sendiri
Manusia
dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, juga dalam
hal-hal penting bagi kelangsungan kehidupannya. Dengan kata lain “manusia
beradadalam keadaan perlu bantuan”
Untuk
jangka waktu yang masih lama, manusia masih memerlukan bantuan ibunya dan
bantuan orang sekitarnya. Keadaan perlu bantuan ini jelas tampak apabila
“diterawang” kehidupannya pada masa dewasa yang akan ditempuhnya jauh lebih
berat bila dibandingkan dengan kehidupan hewan.
c.
Manusia
dilahirkan dalam lingkungan manusiawi
Kita
bersyukur bahwa manusia dilahirkan dalam lingkungan yang manusiawi. Ia
dilahirkan dalam lingkungan manusiawi yang bertanggung jawab, berperasaan,
bermoral, dan yang sosial. Ketidakterampilan anak dalam melakukan hal-hal yang
harus dilakukannya. Kelemahan anak diimbangi dengan kasih sayang orang tua dan
guru yang memang dirasakan suatu keperluan untuk menumpahkannya.
Keadaan
perlu bantuan dengan demikian tidak merupakan suatu beban bagi kedua pihak,
melainkan justru dirasakan merupakan suatu karunia yang mengikat dan
memperdalam hubungan kedua pihak sehingga pelepasan dan pemisahannya.
2.
Manusia sebagai
dunia terbuka
a. Manusia belum siap menghadapi kehidupan
Dalam teori retardasi dari Bolk tersirat pendapat
bahwa manusia dilahrikan terlalu dini, sebab pada saat kelahirannya anak belum
memiliki suatu spesialisasi dalam rangka mengisi dan melakukan tugas hidupnya.
Manusia harus menentukan cara dan corak, arah dan
tujuan hidupnya, bahkan makna hidup baginya tidak disodorkan alam secara “ready
to wear”, secara tinggal paki kepadanya.
b. Manusia mampu menggunakan alat
Melalui anggota tubuhnya, manusia
menemukan kemungkinan dan kemampuannya ntuk menggunakan alat. Dalam hal ini tersirat
dengan adanya:
·
inisiatif dan daya kreasi manusia
·
kemampuan
manusia untuk merealisasikan dirinya
·
kesadaran
manusia akan lingkungan
·
keterarahan
hidup manusia kepada lingkungan
·
kesadaran
manusia akan tugasnya dalam lingkungan hidupnya
3.
Manusia sebagai
makhluk yang perlu dididik
Kelahiran
seorang sebagai manusia belum menjamin seorang bayi kelak hidup sebagai
manusia. Untuk memungkinkan seorang bayi kelak hidup sebagai manusia dan melaksanakan tugas hidup
kemanusiaan, ia perlu dididik dan dibesarkan oleh manusia dalam lingkungan
kemanusiaan. Dengan perkataan lain, “ia harus dimanusiakan“. Oleh karena itu,
pendidikan adakalanya pula disebut dengan”pemanusiaan manusia”.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan manusia
a. Faktor keturunan (hereditas)
b. Faktor lingkungan (environment)
c. Faktor diri (self)
BAB 4
TUJUAN, BATAS DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memiliki kedudukan yang menentukan
dalam kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan
arah kepada segenap kegiatan pendidikan dam merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang
mempunyai tujuan, ada suatu yang ingin dicapai dengan perbuatan tersebut.
1.
Perlunya tujuan
pendidikan
Tujuan
pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik
secara perorangan maupun kelompok.
Dalam menentukan tujuan
pendidikan, ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan seperti yang dikemukakan
Hummel, antara lain:
a. autonomy
Memberi kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan secara
maksimum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup
bersama dalam kehidupan yang lebih baik
b. equity
tujuan pendidikan harus memberikan kesempatan kepada
seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi.
c. survival
dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan
dari satu generasi ke generasi berikutnya
2.
Jenis-Jenis
Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan
beberapa jenis tujuan pendidikan, yaitu:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
c. Tujuan Insidental
d. Tujuan Sementara
e. Tujuan Tak Lengkap
f. Tujuan Intermedier
3.
Tujuan
pendidikan dilihat dari segi waktu
Dalam
pendidikan selama anak menuju kedewasaan, banyak yang harus ia pelajari sebelum
ia dinyatakan sebgai orang dewasa. Tujuan sementara adalah tujuan yang sifatnya
seperti terminal, tempat berhenti sementara, namun sangat dibutuhkan.
Walaupun
sifatnya sementara, namun merupakan tujuan yang harus dimiliki oleh anak dan
merupakan hasil dari tujuan sementara ke tujuan sementara.
4.
Tujuan
pendidikan dilihat dari perkembangan anak sebagai pribadi
Anak
berkembang dalam semua aspeknya. Anak berkembang bukan hanya dari segi fisiknya saja, namun secara serempak
berkembang dengan rohaninya.
Tumbuh
kembang anak berlangsung dalam suasana yang berbeda bagi setiap anak, walaupun
dalam satu keluarga.
5.
Kedewasaan
sebagai tujuan pendidikan
Apakah
tujuan umum pendidikan secara mikro? Pendidikan secara mikro berhenti apabila
anak telah mencapai kedewasaan. Secara umum yang disebut dewasa adalah:
a. Kedewasaan berarti otonom dalam kehidupan kesusilaan
b. Orang dewasa menjadi anggota masyarakat penuh
c. Orang dewasa ialah orang yang matang secara biologis
dan psikologis
Dari segi afektif orang dewasa
menunjukkan:
a. Suasana emosi yang stabil, tidak cepat marah
b. Ia diterima oleh masyarakatnya
c. Ia mampu memberi dan menerima
d. Ia mampu serius (dalam bekerja), namun ia pula mampu
hidup santai seperti bermain dan memiliki rasa humor
Dari segi intelektual orang dewasa itu:
a. Ia menyadari akan kemampuan dirinya
b. Ia mengetahui
secara tepat tentang manusia dan peristiwa sekitarnya
c. Ia mampu berkomunikasi dengan orang lain secara
terampil
d. Ia mampu mengadakan sintesa antara pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilannya sehingga ia menjadi pribadi yang fleksibel
e. Ia mampu memandang hidup secara keseluruhan dan
terpadu dengan menganut secara sadar suatu agama atau falsafah hidup
Terakhir dari segi kemampuan orang dewasa
memiliki:
a. Karakter produktif, mampu menghasilkan sesuatu
berupa jasa, uang, barang, dsb
b. Ia mampu merealisasikan ide kemauannya dalam masyarakat dengan jalan
kerjasama, bersedia memimpindan dipimpin
c. Ia mampu melakukan keseimbangan antara kepentingan
dirinya dan sosial
d. Ia mampu merencanakan masa depannya
Jadi orang dewasa adalah
a. Manusia mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil
keputusan sendiri tanpa menggantung kepada orang ;ain
b. Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang
dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dan dapat dimintai
pertanggungjawaban dari perbuatannya
Manusia yang telah mampu memahami norma-norma
serta moral dalam kehidupan dan sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan
norma dan moral tersebut dalam hidup dan kehidupannya yang dimanifestasikan
dalam kehidupan bersama
Assalamu'alaikum
BalasHapusTerimakasih atas Ilmunya brthr!!!!!!
mantab tu ilmunya
BalasHapus