Request Film di sini

Rabu, 18 Januari 2012


BAB 1
KONSEP DASAR PEDAGOGIK

A.    Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik  dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.

1.      Pendidikan dalam arti khusus.
Pedagogik merupakan kajian pendidikan, secara etimologis berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld dari Belanda, pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidikan Anak.
Dalam arti khusus, Langveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
a.       Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri
b.      Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti member tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani
c.       Menurut Ki Hajar Dewantara,mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.
2.      Pendidikan dalam arti luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Dalam UU RI No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut andragogi, yang berasal dari bahasa Yunani “andr” yang berarti orang dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin atau membimbing. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi  sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga belajar (orang dewasa) untuk belajar.
Andragogi adalah suatu model pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan waraga belajar. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk:
a.       mengidentifikasi kebutuhan
b.      merumuskan tujuan belajar
c.       ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencenaan dan penyusunan pengalaman belajar
d.      ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar

3.      Mendidik, mengajar dan melatih
Pendidikan pada hakekatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Menurut Darji Darmodiharjo mendidik adalah menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan, dan lain-lain.
Mengurus anak lebih banyak berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, sedangkan mendidik anak menyangkut seluruh kepribadian anak.


Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat  bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Jelas bahwa pengajaran  atau pendidikan intelektual merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan atau pengajaran mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan.
Latihan ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Latihan dapat kita terapkan kepada hewan, misalnya melatih anjing herder, melatih singa ataupun melatih lumba-lumba.
Proses belajar yang menyangkut intelek atau pikiran hanya dapat diterapkan kepada manusia. Ini berarti bahwa proses latihan berada dalam taraf kegiatan yang paling rendah, dari proses belajar. Pendidikan anak meliputi seluruh kepribadiannya, yaitu segi kehidupan inteleknya, sikapnya, dan keterampilannya. Latihan hanya menyangkut segi jasmani dan rohaninya saja, atau dengan istilah teknis, menyangkut segi psikomotoris dan kepribadian.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Tujuan mendidik adalah ingin mencapai kegiatan yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu sepakat bahwa tujuan mendidik adalah untuk mencapai kedewasaan.
Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak adalah supaya anak kelak sebagai orang dewasa yang memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir secara logis, obyektif, kritis, sistimatis, analitis, sintetis, integratif, dan inovatif.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh  keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.

B.     Pentingnya Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakekatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memlihara dirinya sendiri. Pada hakekatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral. Orang tua tidak punya hak untuk bertindak sewenang-wenang terhadap anaknya.


1.      Manusia memerlukan bantuan
Jika kita bandingkan anak manusia dengan anak hewan misalnya anak ayam, kita perhatikan hal-hal sebagai berikut. Anak manusia yang baru lahir sebagai bayi, sangat memerlukan bantuan dari ibunya. Jika ia lapar, ia menangis, datanglah sang ibu untuk menolongnya dengan memberinya air susu ibu dengan cara menetek. Bayi dapat pula menangis bila popoknya basah. Jiak diganti dengan yang kering, anak akan diam lagi. Tetapi anak bayi yang telah mulai dapat berjalan, masih pula memerlukan pengurusan dari ibu, diamndikan, diberinya makanan yang bergizi, diberinya pakaian yang bersih, diberinya mainan, supaya dapat melatih dirinya berbagai sifat benda. Akhirnya baru bila ia telah dapat bekerja dan berdiri sendiri, iaberhenti disuruh oleh orang tuanya, kadang-kadang baru umur 25 tahun berhenti sekolah. Jelas bahwa anak manusia memerlukan bantuan yang lama untuk dapat berdiri sendiri.
2.      Pendidikan dalam praktek
Pendidikan dalam pelaksanaannya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma tersebut. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik dan bimbingan itu akan mempengaruhi anak didik kea rah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan.
Dalam pergaulan pendidikan kita temukan pada anak (sering secara tidak sadar) yang ingin menyamakan dirinya dengan ayahnya, ingin pandai seperti ayah, ingin berkuasa seperti ayah. Ingin berpakaian dan berjalan seperti ayah, dsb. Dalam psikologi gejala tersebut disebut gejala identifikasi (dari kata “identicus” yang berarti sama). Proses identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya, dan seringkali berlangsung secara tidak sadar.
Mengapa anak bersedia membukakan diri terhadap orang tuanya, sehingga bersedia meniru dan berperasaan sama dengan orang tuanya? Anak, memang membutuhkan orang tuanya, karena anak yang baru lahir kondisinya dalam keadaan membutuhkan pertolongan dari kedua orang tuanya, dan tanpa pertolongan dan bantuan hidup dari orang tua anak bayi tidak mungkin mempertahankan hidupnya.
Mengapa orang tua, terutama sang ibu bersedia menolong anaknya? Ia berbuat demikian karena terdorong oleh rasa kasih sayang terhadap anaknya. Jan Ligthart seorang pendidik Belanda pernah mengemukakan bahwa “seluruh pendidikan adalah masalah kasih sayang, kesabaran, dan kebijaksanaan dan dua yang akhir ini akan tumbuh bila hal yang pertama hadir dengan jelas.
Jelas bahwa menurut Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak, Karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. Sebaiknya pendidik dalam segala hal mempunyai sikap yang positif, hangat, peramah, akrab, terbuka dan menghargai terhadap anak didik sehingga sangat mungkin anak akan lebih mudah dibimbing, bergairah dan ikut aktif dalam proses perkembangan.

C.     Ilmu Pendidikan sebagai Teori
1.      Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia dapat kita amati sebagai suatu praktek dalam kehidupannya, seperti halnya dengan kegiatan manusia yang lain, seperti kegiatan ekonomi, kegiatan hukum, beragama, dan sebagainya. Disamping itu pula kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik, baik secara empiric (pengalaman), yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya maupun dengan renungan-renungan yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup yang lebih luas. Yang pertama disebut praktek pendidikan sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.
Dalam prakteknya memang ada orang yang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi seorang ahli teori pendidikan (ahli pedagogik filsafat pendidikan, dsb), belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi anak yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri. Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda), pernah mengemukakan bahwa “teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang amat istimewa (genius), sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat”. Namun, menurut Gunning bagi kebanyakan pendidik perlu paduan mesra dari keduanya (teori dan praktek).
Teori pendidikan perlu dipelajari perlu dipelajari secara akademik khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjurumus seperti yang dikatakan Gunning tadi.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa didasari oleh teori tentang pendidikan akan membawa kita pada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik.

2.      Pendidikan dalam ruang lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup makro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar.
Manusia sebagai individu ia hidup bersama-sama di masyarakat, hidup bersama-sama dengan orang banyak di luar dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya bahkan mungkin tak akan hidup tanpa dibantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain.
Suatu masyarakat tak mungkin ada tanpa adanya anggota-anggota masyarakat atau individu-individu yang hidup di dalamnya. Sering juga suatu masyarakat dapat maju karena jasa orang-orang tersebut pernah memimpin masyarakat itu atau yang oernah memberikan sumbangannya dimana individu itu hidup dan bekerja. Individu dan masyarakat tak dapat dipisahkan satu sama lain, dan saling membutuhkan. Kedua aspek manusia yang saling berlawanan sifatnya, individu merupakan yang unik artinya tidak ada manusia yang sama, dia berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Inilah suatu sifat manusia yang disebut individualitas.
a.       Pendidikan Individual
Mari kita tinjau lebih lanjut pendidikan dalam ruang lingkup mikro. Hal ini terutama terjadi dalam lingkungan keluarga, sejak anak berada dalam kandungan sampai ia belajar di sekolah. Seperti bayi yang baru lahir, oleh sang ibu sangat diperhatikan pertumbuhannya. Segala keperluan untuk tumbuhnya dipenuhi seperti air susu ibu yang cukup, pada waktu-waktu tertentu dimandikan, diberinya pakaian bersih. Waktu tidur dijaga jangan sampai terganggu karena dingin, karena suara keras atau karena digigit nyamuk. Tentu yang diperhatikan ibu bukan pertumbuhan badan jasmani saja, melainkan juga ibu berusaha agar segi kejiwaan anak dapat berkembangdengan sempurna.
Jika anak sudah dapat berjalan, ia sering dituntun, supaya latihan berjalannya mengalami kemajuan yang lebih pesat. Tidak dilupakan pula latihan bergaul dengan saudaranya atau tetangganya karena sejak dapat berjalan, ingin menjelajahi lingkungannya. Kemampuan mengamati dengan alat data (meraba, mendengar, melihat, mencium bau, mencicipi) sudah mulai dilatih.
b.      Pendidikan kelompok
Pendidikan yang dilaksanakan dalam kelompok, misalnya pendidikan di sekolah, pendidikan pramuka, dan sebagaimana dalam bentuk makro, seperti telah dikemukakan di atas, kita jumpai dalam lingkungan sekolah dan kepramukaan.
Pendidikan sekolah sebagai suatu sistem merupakan suatu investasi jangka panjang untuk mengembangkan sumber-sumber daya manusia serta juga menyiapkan barisan bekerja yang dibutuhkan untuk menempati berbagai jabatan dan fungsi dalam masyarakat yang akan datang. Hal itu sangat erat hubungannya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja bangsa Indonesia, sehingga Indonesia akan dapat menaikan pendapatan pertahun per kapita (kepala).





























BAB 2
PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

A.    Pedagogik sebagai ilmu pengetahuan
Suatu disiplin dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan apabila disiplin tersebut memliki status keilmuan yang jelas. Mengapa demikian? Karena status keilmuan yang jelas akan memperkokoh keberadaan keberadaan atau eksistensinya manakala disiplin tersebut mendapat pengujian secara ilmiah. Demikian pula pedagogik sebagai suatu disiplin yang mempelajari gejala-gejala pendidikan baik  yang berupa teoritis maupun bersifat praktis perlu mempunyai status keilmuan yang jelas.
Suatu disiplin ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila disiplin ilmu tersebut memiliki kejelasan, minimal jelas dalam empat hal. Pertama memiliki kejelasan dama obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau jelas mengenai obyek studinya. Kedua jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Ketiga jelas mengenai isi atau abstansi dari ilmu tersebut. Dan yang keempat adalah jelas mengenai fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salah satu aspek masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.

1.      Konsep pengetahuan dan ilmu pengetahuan
a.       Konsep pengetahuan
Dalam pandangan umum, ilmu pengetahuan sering diartikan sebagai salah satu ygn kita kenal atau kita ketahui mengenai suatu hal atau obyek. Hal tersebut dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun dari informasi dan cerita lain. Pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan pengamatan. Pengertian-pengertian tersebut juga bisa lengkap atau tidak bergantung  pada pengalaman. Pengetahuan tak lain adalah perangkat informasi yang tersusun dan terarah mengenai fenoma dalam pengalaman.
Titus (1959) mengungkapkan ada empat jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat diperoleh dan dimiliki manusia, yaitu:
Ø  Pengetahuan biasa atau awam yang disebut common sense knowledge atau akal sehat
Ø  Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau sains
Ø  Pengetahuan atau filsafat (philosophical knowledge) atau filsafat
Ø  Pengetahuan religi (pengetahuan agama), pengetahuan yang bersumber dari agama yang mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku sebagai pengungkapan supernatural melalui wahyu yang diterima utusanNya yang terpilih.

b.      Pengertian ilmu pengetahuan
Dalam kehidupan sehari-hari, secara awam ilnu pengetahuan atau disingkat dengan ilmu, sering dijelaskan dengan makna atau pengertian yang sama dengan segala sesuatu yang kita ketahui. Pengertian ini muncul karena kata ilmu menurut orang awam  yang secara etimologis merupakan terjemahan dari ilmu sebagai alih bahasa dari kata science (bahasa Inggris) yang berasal dari kata scio, scrie (bahasa Latin) yang artinya tahu. Demikian pula istilah ilmu menurut kejadian katanya berasal dari kata ‘alima (bahasa Arab) yang juga berarti tahu. Jadi secara etimologis baik ilmu maupun science berarti pengetahuan. Namun secara terminologis dalam pandangan dan konteks akademis, istilah ilmu atau science itu adalah sekumpulan pengetahuan yang mempunyai karakteristik (cirri-ciri) dan syarat-syarat tertentu, sehingga disebut ilmu pengetahuan.

c.       Klasifikasi ilmu pengetahuan
Berdasarkan isi pengetahuannya ilmu diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu:
1.      ilmu-ilmu kealaman (natural science) seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan Astronomi
2.      ilmu-ilmu social (social science) misalnya sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, dsb
3.      ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities) contohnya: filsafat, bahasa dan seni.

Berdasarkan nilai pengetahuannya (ragam, atribut) ditemukan klasifikasi ilmu (Majid Noor, 1999:6) sebagai berikut:
1.      Karl Pearson mengelompokkan ilmu menjadi dua
a.       abstract sciences terdiri atas matematika dan filsafat
b.      concrete sciences terdiri atas fisika, biologi, kimia dan sebagainya
2.      William C. Kneale mengelompokkan ilmu menjadi
a.       apriori sciences terdiri atas matematika dan filsafat
b.      aposteriori sciences terdiri atas fisika, sosiologi dan sebagainya
3.      Wilson Gee mengelompokkan ilmu menjadi
a.       descriptive sciences terdiri atas psiokologi, sosiologi, dsb
b.      normative sciences terdiri atas ilmu pendidikan, filsafat

B.     Karakteristik dan Kriteria Ilmu Pengetahuan
1.      Karakteristik ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan hendaknya memiliki ciri ilmiah. Randall dan Buchker (1942) dalam Sadulloh (2004:46) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu pengetahuan (ilmu) yaitu:

a.       Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama
b.      Hasil sains kebenarannya tidak mutlak , dan bisa saja terjadi kekliruan karena yang menyelidikinya adalah manusia
c.       Sains bersifat obyektif

2.      Kriteria Ilmu Pengetahuan
Menurut paradigm baru (Pasca Tomas Kuhn) kriteria khas suatu ilmu baik ilmu (IPA) maupun ilmu-ilmu social adalah sebagai berikut:
a.       Ada objek formal
b.      Ada metode kerja yang diakui
c.       Ada sosok jaringan substantive
d.      Terdapat teknik mapan dan perlengkapan yang diakui

3.      Landasan Ilmu
Landasan ilmu berkenaan dengan titik tolak gagasan-gagasan yang dijadikan sandaran atau tempat berpijak para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya dan berguna bagi perkembangan pemikiran selanjutnya dalam memahami fenomena, baik fenomena alam ataupun sosial. Landasan ilmu-ilmu kealaman (natural science) pada mulanya bersumber dari filsafat materialisme.

4.      Obyek Ilmu
Obyek ilmu adalah suatu kenyataan (realitas) bidang yang menjadi bahan pengkajian dan penyelidikkannya. Obyek ilmu terbagi menjadi 2 jenis, obyek material dan obyel formal. Obyek material suatu ilmu adalah materi yang menunjukkan bahan ilmu tersebut (terbuat dari bahan apa ilmu tersebut). Pada dasarnya terdapat dua kelompok yang menjadi bahan atau materi ilmu, yaitu alam dan manusia.
Obyek formal adalah bentuk yang menjadikan ilmu tersebut berdiri sendiri (otonom) yang khas dan membedakan ilmu tersebut dengan ilmu yang lain. Misalnya yang menjadi obyek foramal sosiologi adalah masyarakat, ekonomi mempelajari kesejahteraan manusia, psokologi mempelajari tingkah laku manusia. Fisika dan kimia keduanya tergolong pada ilmu kealaman, tetapi masing-masing masing-masing memiliki obyek formal yang berbeda.

5.      Metode Ilmu
Metode ilmu merupakan prosedur kerja sistematis yang terencana dan cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan rangka pemikiran tertentu.

Tujuan dari metode ilmu atau metode ilmiah adalah untuk memperoleh suatu produk ilmu yang valid (sah, benar, tepat) artinya pikiran manusia sesuai dengan fakta empiris dan reliable (produknya dapat dipercaya, jika diulang-ulang akan memperoleh hasil yang sama).
Pendekatan empiris adalah pendekatan yang melakukan pengujian apakah suatu gagasan dan pemikiran berlaku atau bersesuaian dengan kenyataan yang dialami (pengalaman). Pengetahuan yang sesuai dengan fakta, dalam pendekatak empiris dipisahkan dengan pengetahuan yang tidak sesuai dengan fakta.
Yuyun S. Suriasumantri(1985) menjelaskan langkah-langkah ilmiah yang pada umumnya dilakukan sebagai berikut:
a.       perumusan masalah
b.      penyusunan kerangka
c.       perumusan hipotesis
d.      pengujian hipotesis
e.       penarikan kesimpulan

6.      Fungsi Ilmu
a.       Fungsi menjelaskan
Ilmu berfungsi menjelaskan fenomena kehidupan terutama menjelaskan mengapa suatu fenomena terjadi, apa yang menjadi penyebab sebenarnya, dalam pengertian tidak hanya sekedar penyebab yang tampak pada gejalanya saja tetapi penyebab yang sesungguhnya, baik berkenaan dengan fenomena alam maupun fenomena sosial. Ada empat pola penjelasan ilmiah yang digunakan dalam menjalankan fungsinya:
a.       Penjelasan deduktif
b.      Penjelasan probabilistic
c.       Penjelasan teleologis
d.      Penjelasan genetic

b.      Fungsi memprediksi
Selain berfungsi menjelaskan, ilmu juga berfungsi memprediksi (meramalkan), yaitu kemampuan ilmu untuk dapat menunjukkan sesuatu yang akan terjadi apabila sejumlah fenomena, indikasi atau data tertentu tampak (diadakan), dan atau sejumlah fenomena, indikasi, data tertentu tidak tampak (ditiadakan). Fungsi prediksi ilmu pengetahuan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan agar suatu maksud atau tujuan dapat tercapai.


c.       Fungsi mengontrol
Fungsi mengontrol dari ilmu adalah fungsi memeriksa atau menguji apak suatu kegiatan dalam prakteknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditemukan dan direkomendasikan ilmu pengetahuan tertentu. Fungsi ini penting dalam rangka memeriksa kegiatan praktek, sehingga tidak menyimpang dari kaidah-kaidah ilmiah yang akhirnya dapat menghindari bahaya yang mungkin terjadi.

C.     Pedagogik sebagai Ilmu Pengetahuan
1.      Konsep Pendidikan, Pedagogik dan ilmu Pendidikan
Penggunaan istilah pedagogik oleh Langeveld dibedakan dengan pedagogi. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan yang lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih menitikberatkan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik dan membimbing anak. Dengan demikian pedagogik lebih tertuju pada ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi lebih menekankan pada aspek praktis yang menyangkut kegiatan mendidik dan kegiatan membimbing anak.

2.      Karakteristik Ilmu Pendidikan
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa suatu disiplin atau suatu hasil bidang kajian, dapat dpandang sebagai ilmu, apabila disiplin tersebut memiliki karakteristik pokok yang menjadi criteria sehingga dapat dikategorikan sebagai imu pengetahuan. Salah satu ciri ilmu pendidikan adalah memiliki landasan keilmuan yang tepat, ilmu yang bersifat normatif, dan ilmu bersifat teoritis praktis.

a.       Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan selalu berkaitan dengan eksistensi manusia yang mempunyai tujuan hidup. Tujuan pendidikan senantiasa terkait dengan tujuan hidup manusia. Oleh karena itu, ilmu pendidikan hanya akan dapat berdiri kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandaskan agama, pandangan hidup, filsafat hidup serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

b.      Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan sama seperti halnya dengan ilmu pengetahuan, yaitu terdiri atas obyek material dan obyek formal obyek material ilmu pendidikan adalah manusiam karena itu pendidikan bertolak dari pandangan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan pada hakekatnya atau secara principal berbeda dengan benda mati.
c.       Metode Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan sebagaimana ilmu-ilmu lain menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni prosedur yang menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang sah (valid) dan dapat dipercaya (reliable).

d.      Isi ilmu Pendidikan
1.      Postulat
Pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa pembuktian secara empiris.
2.      Asumsi
Pendapat/pandangan yang didasarkan pada kerangkan berpikir tertentu yang kebenerannya dapat diterima namun masih perlu diperiksa secara empiris.
3.      Konsep
Serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten yang dihasilkan dari pemikiran atau pengalaman
4.      Teori
Kumpulam konsep-konsep yang tersusun secara sistematis dalam bentuk struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa suatu gejala terjadi
5.      Generalisasi
Kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian.
6.      Hukum
Pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan if-then
7.      Prinsip
Hukum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu
8.      Model
Suatu bentuk teori atau serangkaian teori

e.       Fungsi Ilmu Pendidikan
Fungsi ilmu pendidikan sama seperti ilmu-ilmu lain, yaitu menjelaskan, memprediksi dan mengontrol gejala atau fenomena pendidikan.

f.       Cabang-cabang Ilmu pendidikan
1.      Ilmu mendidik teoritis
·         Ilmu mendidik sistematis
·         Sejarah pendidikan
·         Ilmu perbandingan
2.      Ilmu mendidik Praktis
·         Didaktik/metodik
·         Pendidikan keluarga
·         Pendidikan gereja (lembaga keagamaan)

Redja Mudyahardjo (1998: 49) membedakan cabang-cabang pendidikan dengan klasifikasi sebagai berikut:
1.      Ilmu Pendidikan Makro
a.       Ilmu Pendidikan Administrasi
b.      Ilmu Pendidikan Komparatif
c.       Ilmu Pendidikan Historis
d.      Ilmu Pendidikan kependudukan
2.      Ilmu Pendidikan Mikro
a.       Ilmu Mendidik Umum
v  Pedagogik Teoritis
v  Ilmu Pendidikan Psikologi
v  Ilmu Pendidikan Sosiologis
v  Ilmu Pendidikan Ekonomik
b.      Ilmu Mendidik Khusus
v  Ilmu Persekolahan
Ø  Ilmu Administratif Sekolah
Ø  Ilmu Administrasi Kelas
Ø  Ilmu Kegiatan Pendidikan Sekolah
·         Ilmu Bimbingan
·         Ilmu Pengajaran
·         Ilmu Kepelatihan
v  Ilmu Pendidikan Luar Sekolah
Ø  Pedagogik Keluarga
Ø  Pedagogik Taman Kanak-kanak
Ø  Ilmu Pendidikan Masyarakat
v  Orthopedagogik
Ø  Orthopedagogik Fisik
Ø  Orthopedagogik Mental


BAB 3
MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

A.    Pendidikan Hanya Untuk Manusia
Pendidikan mengandung suatu pengertian yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan pendidikan manusia ingin atau akan berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memperbaiki nilai-nilai kehidupannya, hati nuraninya, perasaannya, pengetahuannya, dan keterampilannya.

1.      Manusia dan hewan
Dari pengalaman yang pernah dialami manusia, dapat dicatat beberapa peristiwa perilaku hewan yang buas terhadap manusia. Seekor harimau yang biasa berdemonstrasi dalam pertunjukkan sirkus begitu akrab dengan majikannya atau pawangnya, pada suatu saat harimau tersebut menerkan majikannya yang setiap saat bercanda, membelainya dengan rasa kasih sayang, membanting-bantingkannya ke lantai sehingga tak berkutik.
Jelaslah bahwa harimau tersebut hanya didasarkan atas insting atau nalurinya. Harimau tersebut tidak bisa membedakan mana yang baik dan tidak karena mereka tak mempunyai hati nurani.
Beberapa ekor binatang mungkin dapat kita latih untuk mengenal tanda-tanda tertentu. Hasil berpikir secara intelektual melibatkan symbol-simbol. Oleh karena itu, bagi beberapa jenis hewan dapat kita latih untuk mengenal signal-signal melalui latihan secara terus menerus. Mungkin hewan dapat mengerti sejumlah kata-kata, namun semua itu hanyalah merupakan signal belaka, tidak sampai pada bahasa simbol.

v  Mengapa anak manusia harus dididik?
Ada beberapa asumsi yang memungkinkan manusia harus dididikdan memperoleh pendidikan, yaitu:
Ø  Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Manusia begitu lahir ke dunia perlu mendapat uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya.
Ø  Manusia lahir tidak langsung dewasa. Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan waktu yang lama.
Ø  Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lain.
v  Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik
Langeveld merumuskan manusia sebagai “animal educandum”, manusia yang perlu dididik agar ia dapat melaksanakan kehidupannya secara mendiri. Secara implisit (tersirat) rumusan mencakup pula pandangan bahwa manusia adalah “hewan yang dididik” sebab sebagaimana dikatakan bahwa manusia dapat dididik.

B.     Anak manusia dalam kondisi perlu bantuan
1.      Manusia lahir tidak berdaya
a.       Manusia memiliki kelebihan
Manusia adalah hewan berakal budi, manusia adalah hewan yang pandai bicara, manusia adalah hewan yang belum selesai, dsb. Pada umumnya dalam membandingkan itu ditunjukkan kelebihan martabat dan kehidupan manusia di atas hewan.
Kesadaran akan kemungkinan dan kemampuan menggunakan alat merupakan permulaan kebudayaan manusia yang membedakan kehidupan manusia secara prinsipil berlainan dengan kehidupan hewan.

b.      Manusia belum dapat menolong dirinya sendiri
Manusia dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, juga dalam hal-hal penting bagi kelangsungan kehidupannya. Dengan kata lain “manusia beradadalam keadaan perlu bantuan”
Untuk jangka waktu yang masih lama, manusia masih memerlukan bantuan ibunya dan bantuan orang sekitarnya. Keadaan perlu bantuan ini jelas tampak apabila “diterawang” kehidupannya pada masa dewasa yang akan ditempuhnya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan kehidupan hewan.

c.       Manusia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi
Kita bersyukur bahwa manusia dilahirkan dalam lingkungan yang manusiawi. Ia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi yang bertanggung jawab, berperasaan, bermoral, dan yang sosial. Ketidakterampilan anak dalam melakukan hal-hal yang harus dilakukannya. Kelemahan anak diimbangi dengan kasih sayang orang tua dan guru yang memang dirasakan suatu keperluan untuk menumpahkannya.
Keadaan perlu bantuan dengan demikian tidak merupakan suatu beban bagi kedua pihak, melainkan justru dirasakan merupakan suatu karunia yang mengikat dan memperdalam hubungan kedua pihak sehingga pelepasan dan pemisahannya.


2.      Manusia sebagai dunia terbuka
a.       Manusia belum siap menghadapi kehidupan
Dalam teori retardasi dari Bolk tersirat pendapat bahwa manusia dilahrikan terlalu dini, sebab pada saat kelahirannya anak belum memiliki suatu spesialisasi dalam rangka mengisi dan melakukan tugas hidupnya.
Manusia harus menentukan cara dan corak, arah dan tujuan hidupnya, bahkan makna hidup baginya tidak disodorkan alam secara “ready to wear”, secara tinggal paki kepadanya.

b.      Manusia mampu menggunakan alat
      Melalui anggota tubuhnya, manusia menemukan kemungkinan dan kemampuannya ntuk menggunakan alat. Dalam hal ini tersirat dengan adanya:
·         inisiatif  dan daya kreasi manusia
·         kemampuan manusia untuk merealisasikan dirinya
·         kesadaran manusia akan lingkungan
·         keterarahan hidup manusia kepada lingkungan
·         kesadaran manusia akan tugasnya dalam lingkungan hidupnya

3.      Manusia sebagai makhluk yang perlu dididik
            Kelahiran seorang sebagai manusia belum menjamin seorang bayi kelak hidup sebagai manusia. Untuk memungkinkan seorang bayi kelak hidup sebagai  manusia dan melaksanakan tugas hidup kemanusiaan, ia perlu dididik dan dibesarkan oleh manusia dalam lingkungan kemanusiaan. Dengan perkataan lain, “ia harus dimanusiakan“. Oleh karena itu, pendidikan adakalanya pula disebut dengan”pemanusiaan manusia”.

4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia
a.       Faktor keturunan (hereditas)
b.      Faktor lingkungan (environment)
c.       Faktor diri (self)







BAB 4
TUJUAN, BATAS DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

A.    Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memiliki kedudukan yang menentukan dalam kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dam merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang mempunyai tujuan, ada suatu yang ingin dicapai dengan perbuatan tersebut.

1.      Perlunya tujuan pendidikan
            Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun kelompok.
Dalam menentukan tujuan pendidikan, ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan seperti yang dikemukakan Hummel, antara lain:
a.       autonomy
Memberi kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan secara maksimum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik

b.      equity
tujuan pendidikan harus memberikan kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi.

c.       survival
dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya

2.      Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan beberapa jenis tujuan pendidikan, yaitu:
a.       Tujuan Umum
b.      Tujuan Khusus
c.       Tujuan Insidental
d.      Tujuan Sementara
e.       Tujuan Tak Lengkap
f.       Tujuan Intermedier
3.      Tujuan pendidikan dilihat dari segi waktu
            Dalam pendidikan selama anak menuju kedewasaan, banyak yang harus ia pelajari sebelum ia dinyatakan sebgai orang dewasa. Tujuan sementara adalah tujuan yang sifatnya seperti terminal, tempat berhenti sementara, namun sangat dibutuhkan.
            Walaupun sifatnya sementara, namun merupakan tujuan yang harus dimiliki oleh anak dan merupakan hasil dari tujuan sementara ke tujuan sementara.

4.      Tujuan pendidikan dilihat dari perkembangan anak sebagai pribadi
            Anak berkembang dalam semua aspeknya. Anak berkembang bukan hanya dari  segi fisiknya saja, namun secara serempak berkembang dengan rohaninya.
            Tumbuh kembang anak berlangsung dalam suasana yang berbeda bagi setiap anak, walaupun dalam satu keluarga.

5.      Kedewasaan sebagai tujuan pendidikan
            Apakah tujuan umum pendidikan secara mikro? Pendidikan secara mikro berhenti apabila anak telah mencapai kedewasaan. Secara umum yang disebut dewasa adalah:
a.       Kedewasaan berarti otonom dalam kehidupan kesusilaan
b.      Orang dewasa menjadi anggota masyarakat penuh
c.       Orang dewasa ialah orang yang matang secara biologis dan psikologis

      Dari segi afektif orang dewasa menunjukkan:
a.       Suasana emosi yang stabil, tidak cepat marah
b.      Ia diterima oleh masyarakatnya
c.       Ia mampu memberi dan menerima
d.      Ia mampu serius (dalam bekerja), namun ia pula mampu hidup santai seperti bermain dan memiliki rasa humor

      Dari segi intelektual orang dewasa itu:
a.       Ia menyadari akan kemampuan dirinya
b.      Ia mengetahui  secara tepat tentang manusia dan peristiwa sekitarnya
c.       Ia mampu berkomunikasi dengan orang lain secara terampil
d.      Ia mampu mengadakan sintesa antara pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya sehingga ia menjadi  pribadi yang fleksibel
e.       Ia mampu memandang hidup secara keseluruhan dan terpadu dengan menganut secara sadar suatu agama atau falsafah hidup
      Terakhir dari segi kemampuan orang dewasa memiliki:
a.       Karakter produktif, mampu menghasilkan sesuatu berupa jasa, uang, barang, dsb
b.      Ia mampu merealisasikan  ide kemauannya dalam masyarakat dengan jalan kerjasama, bersedia memimpindan dipimpin
c.       Ia mampu melakukan keseimbangan antara kepentingan dirinya dan sosial
d.      Ia mampu merencanakan masa depannya

      Jadi orang dewasa adalah
a.       Manusia mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantung kepada orang ;ain
b.      Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dan dapat dimintai pertanggungjawaban dari perbuatannya
Manusia yang telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan dan sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut dalam hidup dan kehidupannya yang dimanifestasikan dalam kehidupan bersama

2 komentar: